Syalfa Valiza
Menurut sebagian orang masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan karena terdapat banyak kebahagiaan dan kegembiraan, namun nyatanya yang kurasakan tidak se-menyenang itu, karena masa remajaku dipenuhi oleh luka bahkan sebelum masa itu aku telah hidup berdampingan dengan luka yang tidak seputar pada percintaan semata saja, namun keluarga yang berdominan pada luka itu.
Ingin untuk berbagi kisah dan kasih bersama dua orang yang ku sebut “Orang tua” yang didapatkan oleh sebagian anak dengan segala sedih dan tawa yang mereka curahkan kepada sosok itu, berbeda dengan ku keharmonisan yang dirasa hanya sesaat dan sisanya hanya cemoohan yang ku dapatkan, tak ada pertanyaan “bagaimana sekolahmu hari ini?”
“Mau makan dengan apa?” Atau di cari saat aku pulang terlambat. Ia meninggalkan ku sendiri disini dengan perasaan sepi, sunyi yang menjadi makanan sehari-hari.
Perkataan tak enak sudah biasa ku telan saat ia meluapkan amarahnya perihal apa yang sedang mengganggu dirinya, untuk masalah kecil saja dia bisa meluap-luap dengan tatapan tak bersahabatnya. “Ga guna lo jadi anak!” Saat perkataan itu terlontar dari mulutnya aku hanya bisa diam. Hanya untuk kesalahan sekecil apapun bisa menjadi hal yang sangat besar baginya sehingga pukulan serta cacian sudah bukan hal yang aneh aku dapatkan.
Untuk sampai pada titik ini tidak mudah, aku harus banyak mengorbankan segala usaha, cita-cita, semangat dan masa kecil yang bahagia. Aku selalu ingin egois atas apa yang terjadi di hidupku, namun jika aku mengikuti egoku tak terbayang akan lebih seberantakan apa hidupku dibandingkan sekarang. Egois untuk diri sendiri itu perlu namun harus ada porsi dan penempatan dalam situasinya. Meski tidak ada dari mereka yang ingin bertanya bagaimana kabarku setelah berpisahnya mereka namun yang ada hanya ingin mengambil diriku alih-alih ingin bersamaku, namun tak ada kehangatan di dalamnya.
Menjadi dewasa yang terpaksa karena keadaan itu tidak mudah, kita harus memahami keegoisan orang dewasa tanpa adanya pemberian pemahaman, apa gak hilang arah kita sebagai remaja? Tuntutan demi tuntutan di pojokan kepada kita tapi kembali lagi tak ada penyemangat didalamnya hanya ada gertakan dan suara tinggi yang tak sedap didengar. Bukankah rumah adalah tempat berpulang kita dari dunia luar? Tapi nyatanya malah sebaliknya, aku selalu mencari rumah didunia luar dan menganggap rumah adalah dunia luarku, aku bukan anak pembangkang namun apa daya rumah yang digadang-gadangkan setiap orang adalah tempat ternyaman namun bagiku adalah neraka? Aku selalu mencoba untuk berdamai namun apa daya aku?
Rumah yang tak aku idamkan itu memang tak selamanya seperti neraka namun sebagian besarnya begitu. Aku hanya ingin didengar, aku hanya ingin dilihat, aku ingin jika kehadiranku disambut dengan lembut layaknya teman-temanku yang dijadikan Raja/Ratu di rumahnya yang tentram di dalamnya, bagaikan sahabat yang saling berbagi keluh kesahnya tanpa menghakimi, ataupun saling melontarkan cacian serta makian.
Aku tidak tahu dosa apa yang aku perbuat sebelumnya sehingga luka ini ada pada kehidupanku, sakit rasanya. Jika aku boleh memilih aku ingin memilih untuk tidak hidup saja karena aku tidak sekuat itu untuk segala luka ini. Namun kata orang, tuhan tidak akan memberikan cobaan yang kita tidak bisa menjalaninya.
Diriku sekarang mencoba untuk berdamai pada apa yang terjadi selama ini, meski prosesnya tidak semudah itu namun apa salahnya aku berusaha? Aku tidak ingin hidup ditengah-tengah luka. Jangan berfikir menghilang dari dunia adalah solusi dari segalanya, sebab itu akan menjadi akar masalahnya eyang membuat aku tidak akan menemukan bahagia setelahnya.
Jangan pernah menyerah mungkin pada masa yang akan datang kamu dipertemukan dengan bahagiamu, jangan sia-siakan apa yang sudah kamu jalani hingga sekarang, karena untuk sampai pada titik ini kamu banyak mengorbankan segalanya.
Hallo aku Syalfa Valiza Nurzaman, aku hanya seorang siswa yang sedang mendalami cerpen dan sejenisnya, aku senang membuat karangan cerita seperti ini karena dengan ini aku bisa mengekspresikan apa yang aku rasakan. Jangan lupa untuk cek aku di @Syalfavlizanz
Komentar
Posting Komentar