Faiha Adytia Dwi Astuti
Dulu, aku menganggap mendapat perlakuan yang masuk kedalam tindakan pembulian merupakan suatu hal yang wajar agar tetap mendapat teman. Terlalu takut sendiri, takut tak ditemani, takut untuk merasa keberatan atas perlakuan mereka. Rasanya, dulu aku terlalu naif menganggap bahwa dengan aku tidak menunjukkan keberatanku akan sikap mereka, maka aku tak akan kehilangan teman. Nyatanya, sendiri tetaplah sendiri. Segala perlakuan buruk terus aku terima, dipukul, dicaci, dimaki, diludahi, dijauhi karena hasutan orang. Tak ada yang mau berteman, sendiri selama bertahun-tahun. Semua orang menganggap hal tersebut merupakan kewajaran dan lelucon dalam pertemanan. Lucu sekali, bahkan mereka terus menampik kebenaran dan berlindung dibalik kata pertemanan. Tak bisa luput dari ingatan, bahkan memaafkan pun rasanya enggan. Terlalu sakit untuk hanya sekedar maaf yang bahkan tak pernah terucap.
Perlakuan buruk juga diterima dari beberapa guru mata pelajaran, saat itu nilaiku memang sangat buruk terlebih dipelajaran beliau. Tak pernah sekalipun luput dari remedial, namun di satu waktu saat sedang memperbaiki nilai ujian harian, beliau dengan lantang berbicara ditengah keheningan kelas berkata padaku, untuk apa terus-menerus mengganti kertas jika tetap remedial, tertawa terbahak-bahak diikuti ricuh suara seluruh anak kelas. Rasanya sangat malu, bahkan untuk sekedar mendongakan kepala, hanya bisa tertunduk mendengarkan mereka tertawa atas lelucon yang sangat tidak lucu.
Pernah juga, disaat guru mata pelajaran lain sedang menjelaskan didepan kelas. Saat itu, materi belajar mengenai kultur dan kebudayaan di Indonesia. tentunya membahas keragaman dan cara mengekspresikan diri yang berbeda pula. Namun, tiba-tiba beliau menunjuk aku dan berkata bahwa aku jelek, lalu tertawa dengan anak kelas juga. Setelah puas tertawa barulah beliau bilang bahwa itu hanya gurauan, sayang sekali sangat tidak lucu dan terkesan tak punya etika. Aku juga pernah dijauhi karena tidak pintar, standar berteman saat itu memang hanya membutuhkan manusia pintar untuk dijadikan teman, tidak peduli apakah dia rajin atau tidak. Karena yang terpenting adalah mereka yang pintar dan masuk dalam rangking 10 besar. Terima kasih sekali kepada mereka, karena dengan perlakuan buruk yang aku terima bisa membawa diriku disertai tekad untuk berubah menjadi jauh lebih baik dalam berbagai bidang.
Komentar
Posting Komentar