Langsung ke konten utama

Aku dan Rumah Kedua

 Hai, perkenalkan, namaku Widya. Aku adalah siswi SMAN 1 Cikalongwetan dari kelas XII-H. Pada kesempatan ini, aku ingin menceritakan kembali perjalanan masa SMA-ku, tiga tahun yang penuh pengalaman, pembelajaran, dan kenangan yang sangat berarti.

Sejujurnya, sejak awal SMAN 1 Cikalongwetan bukanlah sekolah yang aku impikan. Dulu, keinginanku adalah bersekolah di SMK dengan jurusan tata boga, karena aku sangat menyukai dunia memasak. Aku membayangkan hari-hariku akan diisi dengan praktik di dapur, mengenal berbagai bahan makanan, dan belajar membuat aneka hidangan. Namun, rencana itu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Tuhan menuntunku ke jalur yang berbeda: aku diterima di SMAN 1 Cikalongwetan.

Pada awalnya, aku merasa sedih dan sempat bertanya-tanya, “Mengapa bukan tata boga?” Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa pilihan ini bukan sekadar kebetulan. Jika aku tidak bersekolah di sini, mungkin aku tidak akan pernah bertemu dengan teman-teman yang kini menjadi bagian penting dalam hidupku. Tiga tahun telah kami lalui bersama, dan semuanya terasa begitu cepat. Dari yang awalnya saling canggung dan sungkan, hingga akhirnya dapat tertawa lepas bersama karena hal-hal sederhana.

Proses adaptasi di kelas pun tidak berlangsung singkat. Saat kelas X, aku termasuk orang yang lebih banyak mengamati dibandingkan langsung berbaur. Butuh waktu untuk merasa nyaman bercerita, bercanda, dan bergabung dalam obrolan. Perlahan, lingkaran pertemanan mulai terbentuk. Dari satu orang, menjadi dua, hingga akhirnya satu kelas terasa seperti keluarga kedua.

***

Salah satu kebiasaan yang sangat berkesan adalah kebiasaan “ngeliwet” bersama. Hampir setiap minggu kami mengadakan acara makan bersama. Bisa dibilang, hal itu sudah menjadi rutinitas anak Xhenon. Markas kami pun hampir selalu sama, yaitu di rumah Septia. Kami sangat berterima kasih kepada Mamah Septia yang dengan tulus mengizinkan rumahnya menjadi tempat berkumpul. Di sana kami tidak hanya makan bersama, tetapi juga berbagi cerita, bercanda, berfoto, dan sejenak melupakan penatnya tugas sekolah. Suasana kebersamaan itulah yang membuatku merasa akan sangat merindukan mereka. Rasanya berat untuk mengatakan, “Jangan lupakan aku, ya."

***


Salah satu proyek P5 yang paling berkesan bagiku adalah proyek dengan tema pemilu. Saat itu, kelas kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menampilkan suatu karya. Kelompokku memilih untuk menampilkan tarian Jangger Bali. Proses latihannya sangat menyenangkan. Kami berlatih gerakan, menyiapkan kostum, dan berkali-kali tertawa ketika ada yang salah langkah. Meskipun melelahkan, semua terasa sepadan dengan rasa bangga ketika dapat tampil bersama. Pengalaman itu membuatku semakin yakin bahwa apa pun kegiatannya, jika dilakukan bersama Xhenon, semuanya akan terasa menyenangkan.

Selain pengalaman bersama teman sekelas, masa SMA-ku juga diwarnai dengan keterlibatan dalam organisasi. Aku bergabung dengan OSIS, organisasi intra sekolah yang sebelumnya sama sekali tidak aku rencanakan untuk kuikuti lagi di jenjang SMA. Saat di SMP, aku sudah merasakan bagaimana repotnya membagi waktu antara organisasi dan akademik, sehingga awalnya aku berniat untuk fokus belajar saja. Namun, pandanganku berubah ketika mengikuti kegiatan MPLS.

Pada saat MPLS, aku melihat langsung bagaimana hebatnya para mentor dan fasilitator dalam mengatur jalannya kegiatan dan membimbing siswa-siswi baru. Mereka mampu mengelola peserta yang masih labil dengan sabar dan penuh semangat. Dari situ, aku sempat bertanya dalam hati, “Apakah aku suatu hari nanti bisa seperti mereka? Mampu berdiri di depan banyak orang dan berkontribusi dalam kegiatan sekolah?” Pertanyaan itulah yang kemudian mendorongku untuk memberanikan diri mendaftar OSIS.

Proses seleksi OSIS membuatku banyak belajar. Dari wawancara hingga latihan awal, semuanya terasa menegangkan, tetapi juga sangat berharga. Hingga akhirnya, aku dinyatakan lolos dan resmi menjadi pengurus OSIS SMAN 1 Cikalongwetan.

Event pertama yang aku ikuti setelah terpilih menjadi pengurus OSIS adalah Creamolague. Dalam kegiatan tersebut, aku dipercaya menjadi penanggung jawab (PJ) lomba English Speech. Kepercayaan ini membuat perasaanku campur aduk: bangga karena diberi amanah, namun juga takut karena ini adalah pengalaman pertamaku memegang tanggung jawab sebesar itu. Hari-hari persiapan diisi dengan menyusun konsep lomba, berkoordinasi dengan panitia lain, mengurus pendaftaran peserta, hingga memikirkan teknis pelaksanaan di hari H. Ada kalanya aku merasa khawatir jika acara tidak berjalan lancar, tetapi di sisi lain aku merasa tertantang untuk membuktikan bahwa aku mampu.

Aku sangat berterima kasih kepada angkatan Teh Dini dan Teh Aruni yang sudah mempercayakan amanah tersebut kepadaku. Mereka tidak hanya memberikan tugas, tetapi juga bimbingan, dukungan, dan ketenangan. Setiap kali aku merasa bingung atau panik, mereka selalu mengingatkan agar tetap tenang dan menjalani semuanya pelan-pelan. Dari mereka, aku belajar bahwa kakak tingkat bukan hanya sosok yang ditiru, tetapi juga tempat bersandar dan belajar.

***

Hal yang membuatku semakin bersyukur adalah ketika aku kembali dipercaya menjadi penanggung jawab dalam event Creamolague pada periode berikutnya. Rasanya seperti dipertemukan lagi dengan pengalaman yang sama, tetapi dengan diriku yang sudah lebih matang. Jika dulu aku banyak dikuasai rasa takut, kini aku lebih fokus pada bagaimana cara meningkatkan kualitas acara. Dari sini aku memahami bahwa kepercayaan akan kembali datang jika kita menjaganya dengan baik.

***

Pengalaman spesial lainnya adalah ketika aku terlibat dalam kegiatan MPLS sebagai Fasilitator MPLS. Sejak dulu, saat aku masih menjadi murid baru, aku sangat kagum pada kakak-kakak fasilitator yang mampu memimpin kelompok dan membimbing siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Karena kekaguman itulah, aku memberanikan diri mengikuti seleksi Fasilitator MPLS. Proses seleksi tidak mudah, tetapi sangat berkesan. Ada tahapan wawancara, penilaian sikap, hingga simulasi. Dari sana, aku belajar berbicara dengan lebih jelas, percaya diri, dan berani menyampaikan pendapat.

Ketika akhirnya namaku dinyatakan lolos dan resmi menjadi Fasilitator MPLS, aku merasa sangat bersyukur. Mimpiku untuk berada di posisi yang dulu hanya bisa aku pandang dari jauh perlahan menjadi kenyataan. Tidak berhenti sampai di situ, aku kembali diamanahi sebagai Humas, mendampingi orang-orang hebat dalam kepanitiaan. Tugasku adalah menyebarkan informasi, menjalin komunikasi, dan menjadi penghubung antara panitia dengan berbagai pihak di sekolah. Tugas ini melatihku untuk lebih teliti, sigap, dan bertanggung jawab.

***

Satu tahun lalu, aku menjadi peserta LDKS. Saat itu aku belajar banyak tentang kepemimpinan, kedisiplinan, dan kerja sama. Namun, siapa sangka, aku dan teman seperjuanganku kemudian terpilih menjadi Fasilitator LDKS untuk membimbing adik kelas angkatan 43. Rasanya sangat membahagiakan sekaligus menantang karena aku berada di posisi yang dulu hanya sebagai peserta. Dan lagi-lagi, dalam kepanitiaan LDKS itu aku kembali dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Humas. Dari sini aku semakin menyadari bahwa kepercayaan yang datang berulang-ulang adalah tanda bahwa aku harus terus menjaga integritas dan tanggung jawab dalam setiap peran yang kujalankan.

***


Dua tahun sebelumnya, ketika aku duduk di kelas XI, aku juga pernah menjadi pendamping kelas pada kegiatan MPLS. Saat itu, aku bertemu dengan adik-adik mentor yang sangat baik dan aktif. Awalnya aku khawatir mereka sulit diatur, namun ternyata mereka justru membuat suasana menjadi hidup dan menyenangkan. Ada yang sering bertanya, ada yang gemar bercanda, bahkan ada yang mengajakku berfoto bersama. Hingga sekarang, jika mengingat mereka, aku merasa rindu. Dalam hati aku sering berkata, “Aku rindu kalian, anak-anakku.”

Melalui seluruh pengalaman itu, aku merasakan perubahan besar dalam diriku. Aku yang dulu sering ragu dan takut untuk maju, kini lebih berani tampil di depan umum. Aku yang dulunya canggung berkenalan dengan orang baru, kini lebih mudah membuka diri dan menjalin komunikasi. OSIS benar-benar menjadi tempatku bertumbuh, belajar tanggung jawab, kerja sama, dan pengorbanan.

***


Salah satu momen yang sangat berkesan dalam perjalanan organisasiku adalah ketika aku terpilih menjadi bagian dari Badan Pengurus Harian (BPH), tepatnya sebagai Humas 1. Saat namaku disebut sebagai Humas 1 yang akan membersamai Ketua OSIS dan jajaran pengurus lainnya, perasaanku bercampur antara tidak percaya, haru, bangga, dan juga takut. Aku teringat kembali pada diriku saat awal masuk SMA, yang hanya bisa kagum melihat kakak-kakak pengurus dari kejauhan. Kini, aku justru diberi amanah untuk berada di posisi itu.


Menjadi Humas 1 tentu bukan tanggung jawab yang ringan. Aku harus belajar lebih dalam mengenai cara berkomunikasi yang baik, menyusun informasi dengan jelas, serta menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai pihak, mulai dari guru, siswa, hingga pihak luar sekolah yang berkaitan dengan kegiatan OSIS. Aku sering terlibat dalam penyusunan redaksi pengumuman, penyampaian informasi ke kelas-kelas, hingga koordinasi antar divisi. Ada kalanya aku merasa takut salah menyampaikan informasi, tetapi dari situlah aku belajar untuk lebih teliti, hati-hati, dan profesional.

Pengalaman sebagai Humas 1 mengajarkanku bahwa kepercayaan adalah sesuatu yang sangat berharga. Amanah itu membuatku terdorong untuk terus memperbaiki diri, bukan hanya dalam hal kemampuan berbicara, tetapi juga dalam bersikap, bersikap tenang saat menghadapi masalah, dan mencari solusi bersama pengurus lainnya. Dari sana, aku semakin menyadari bahwa organisasi bukan hanya tentang jabatan, tetapi tentang bagaimana kita memberi manfaat bagi banyak orang.

Kini, ketika aku berada di kelas XII-H dan sebentar lagi harus melepaskan seragam abu-abu, aku sering menoleh ke belakang dan menyadari betapa banyak hal yang patut disyukuri. Mulai dari rasa kantuk di kelas, tugas-tugas mendadak, rapat OSIS yang berlangsung lama, latihan acara yang melelahkan, liwetan di rumah Septia, hingga latihan tarian Jangger Bali untuk proyek P5. Semua itu kini berubah menjadi rangkaian kenangan berharga yang akan selalu aku ingat.

Pada akhirnya, aku menyadari bahwa meskipun jalan yang kutempuh tidak sesuai dengan keinginan awal—bukan SMK tata boga seperti yang dulu aku impikan—justru di sinilah aku menemukan banyak hal yang tak kalah berharga. Aku menemukan teman-teman yang selalu mendukung, pengalaman organisasi yang membentuk karakter, amanah sebagai Humas 1 yang melatih rasa tanggung jawab, serta kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari diriku sendiri.

Dari perjalanan ini, aku belajar bahwa tidak selamanya keinginan pertama kita adalah jalan terbaik. Terkadang, jalur yang berbeda justru menghadirkan kejutan, pelajaran, dan kebahagiaan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Terima kasih, SMAN 1 Cikalongwetan.
Terima kasih, OSIS.
Terima kasih, Xhenon dan semua teman-temanku.

Dan terima kasih juga untuk “Widya kecil” yang dulu berani bermimpi dan mencoba. Karena mimpi dan keberanian kecil itulah, aku bisa berdiri di titik ini dan menceritakan perjalanan masa SMA-ku dengan penuh rasa syukur.







































Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE IMPACT OF BOTTLE RECYCLING

  By Rizka, Sulis, Dela, Robi, Salman, Haikal Waste is the remaining product or item that is no longer used. There are 3 ways or methods to manage waste namely reducing, reusing and recycling plastic here will discuss about recycling the plastic bottle waste, recycling plastic bottle is very beneficial and has many positive impacts. Although some students actively participate in this practice, there are still many students who  cannot or refuse to recycle plastic bottles. The following is the impacts of recycling of bottle waste for our life From our interviews and research, several positive and negative impacts of recycling plastic bottle waste have been identified, such as air pollution, where certain methods of recycling plastic bottles can harm air quality. Recycling bottle waste can impact the quality of the product itself. Poor and inadequate management during production stages can result in low-quality products. Recycling plastic bottle waste also leads to an increase i...

Story at School

 Rika Dimas Fitria  XII.i B.Indonesia Story at School Kelas X  Pada suatu hari,,saya telah lulus MTs sampai orang tua meneruskan saya ke Sekolah SMAN 1 Cikalongwetan ini,lalu saya daftar ke SMAN 1 Cikalongwetan bersama kakak dari pagi sampai jelang malam,sampai menunggu pengumuman diterima atau tidaknya,sampailah Alhamdulillah saya diterima disekolah ini.Lalu salah satu teman sosmed menghubungi saya bahwa kita sekelas,dia bernama Shifa Sulastri.karena sekolah ini pada era covid kita sekolah dibagi sesi pertama dan kedua lalu saya sesi dua sampai bertemu pada pertemuan sekolah saya bertemu dengan Shifa langsung,tidak hanya Shifa bahwa saya juga sekelas dengan temen SD saya yaitu Siti Sopiah,sampai pada hari-hari berikutnya saya berkenalan dengan teman yang lainnya seperti N.Sani,Suci dan yang lainnya.Lalu wali kelas X kita adalah ibu Amila sholihah lalu saya mengerjakan tugas sebagian BDR dan diadakannya projek Pertama yang berjudul KTI (karya tulis Imiyah) dan disatukan k...

CERITA YANG TIDAK AKAN BERAKHIR

Saskia Agustin Masa corona akhirnya berakhir, semua yang berada di rumah akhirnya kembali menjalani kehidupan seperti semula walaupun masih identik dengan pemakaian masker yang wajib dipakai apabila akan keluar rumah. Seperti halnya denganku, saskia. Mulai kembali menjadi siswi yang berangkat pagi untuk ke sekolah, yang juga seperti itu. Pembelajaran di sekolah masih belum efektif ternyata, jadi para guru memberikan alternatif agar bisa melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menerapkan sistem yang dikelas para murid dibagi 2 atau dengan sebutan sesi a dan b.  Belum begitu banyak mengenal siapa saja yang ada di kelas hanya satu, siti. Unik memang ketika Aku menyangka kalau Siti itu orangnya memiliki badan yang tinggi hahah. Alurnya singkat sampai tanpa tidak sadar kalau kita sudah begitu dekat tapi bukan hanya siti ada satu orang lagi yang sampai sekarang dekat denganku dia Rahma, orang ketika mendengar namanya pasti akan langsung bilang " anu pinter tea", asli mema...