Langsung ke konten utama

˚.🎀༘⋆ 𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗱𝗶 𝗦𝗶𝗻𝗶






Haii!!! Perkenalkan, namaku Mutia Putri Kirani, meski hampir semua orang memanggilku dengan nama lain. Aku punya tiga panggilan yang berbeda-beda, yaitu Sadut, Dede, dan Muy. Sadut adalah panggilan dari orang tuaku sejak kecil, bukan tanpa alasan, tapi karena keluargaku punya kebiasaan unik memberi nama panggilan aneh pada anak-anaknya. Kakak pertamaku Dhita dipanggil Timung, kakak keduaku Aurel dipanggil Awox, dan aku… ya jadinya Sadut. Lalu panggilan Dede datang dari keluarga besar dan warga di sekitar rumahku, karena di daerahku sudah biasa memanggilku begitu. Sementara Muy adalah panggilan yang muncul ketika aku masuk SMA satu teman memulai, lalu seluruh kelas E ikut-ikutan.


Perjalananku sebelum masuk SMA tidak sepenuhnya mulus. Aku awalnya bersekolah di SMP Al-Badar, meski hanya bertahan lima bulan. Setelah itu aku pindah ke SMP PGRI 384 Rendeh hingga akhirnya lulus. Saat mau masuk SMA, aku sempat pesimis tidak akan diterima karena persaingan yang ketat. Aku sampai mencari sekolah alternatif di luar daerah Cikalong. Aku sudah mendaftar ke salah satu SMK di KBB, bahkan sempat datang ke Al-Azhar Syifa Budi Parahyangan dan Al-Irsyad Satya Islamic School untuk bertanya-tanya. Dalam hati aku sudah siap sekolah jauh dari rumah. Namun, ketika hari pengumuman tiba, ternyata aku lulus di SMAN 1 Cikalongwetan. Keluargaku langsung memutuskan agar aku sekolah di sana saja agar tetap dekat dengan rumah. Semua sekolah yang sudah sempat aku datangi akhirnya aku tinggalkan. Dari sana, perjalanan SMA-ku dimulai.


Saat pertama masuk SMA di umur 15 tahun, aku mengikuti rangkaian MPLS yang penuh kesan. Kami disambut oleh para OSIS dengan ramah, OSIS MPK disana memperkenalkan lingkungan sekolah, dan kami diajak mengenal gedung-gedung SMAN yang awalnya terasa asing tapi sangat berkesan. Masa MPLS itu benar-benar membuatku merasakan suasana baru, teman baru, dan pengalaman baru. Aku masih ingat bagaimana aku berusaha menyesuaikan diri sambil pelan-pelan membuka diri pada lingkungan baru.


Di awal-awal kelas 10, aku punya kebiasaan yang cukup menonjol, aku hampir selalu memakai masker ke sekolah. Bukan hanya karena pandemi, tetapi karena aku memang merasa lebih nyaman sembunyi di balik masker. Aku juga bukan tipe orang yang suka difoto, jadi ketika ada foto kelas atau momen foto bareng, aku sering tidak ikut. Teman-temanku sudah paham karakterku cukup dengan bilang, “Muy mana?” jawabannya pasti, “Pasti dia gamau ikut”. Kalau pun aku ikut, aku pasti menutupi muka ku dengan stiker.



Di masa inilah aku bertemu dengan teman-teman yang sangat berarti, Hera, Hesti, Rika, dan Bunga. Kami berlima sangat lengket, seperti sudah saling kenal lama. Kami sering menghabiskan waktu bersama, saling curhat, saling membantu, dan saling menjaga. Namun ketika naik kelas 11, Bunga harus pindah ke Tasik. Dan membuat kami sedih ketika perpisahan tiba. Seiring berjalannya waktu, hadir satu teman baru yang membuat kami kembali berlima, yaitu Rendra. Sejak itu, kami berlima kembali terbentuk lebih dekat. Kalau lagi punya waktu, kami pasti ingin menghabiskannya bersama, main di rumah salah satu dari kami, nongkrong, atau sekadar makan seblak bareng. Aku benar-benar merasa beruntung memiliki mereka, karena mereka selalu peduli, peka, dan saling membantu satu sama lain.


Tak lupa, aku juga memiliki teman-teman kelas yang tidak kalah seru, yaitu biasa disebut SeFive Clave. Meskipun dalam suatu hubungan pasti ada pertengkaran atau perbedaan pendapat, kami selalu bisa menyelesaikannya dengan baik-baik. Justru dari situ kami semakin mengenal satu sama lain. Aku sangat senang berada di kelas ini, karena tanpa mereka, mungkin aku tidak akan menjadi diriku yang sekarang. Mereka membuat setiap hari terasa lebih hidup dan penuh cerita.


Di kelas 10, aku aktif mengikuti kegiatan sekolah. Aku bergabung dengan ekstrakurikuler AKSI cabang tari tradisional dan ikut organisasi MPK (Majelis Perwakilan Kelas). Jadwalku padat, hampir setiap hari pulang sore. Namun ketika masuk kelas 11, semuanya mulai berubah. Pada semester 1, aku memutuskan keluar dari ekskul tari karena tidak lagi merasa nyaman, ditambah Bapa memberi peringatan untuk berhenti menari. Di semester 2, aku keluar dari MPK karena merasa belum pantas berada di lingkungan intra. Saat itu aku masih sering memakai rok di atas mata kaki, jarang memakai ciput, kaos kaki pendek, dan kadang makeup berlebihan, padahal anak intra harus selalu jadi contoh. Jelas itu bukan diriku saat itu.


Memasuki kelas 11 juga, ketika peminatan dimulai, aku juga semakin dekat dengan Julfah. Sebenarnya kami sudah berteman sejak SMP, tetapi waktu SMP kami tidak terlalu dekat. Justru sejak kami memilih tiga mapel peminatan yang sama, Sosiologi, Geografi, dan Bahasa Inggris. Kami jadi sering bersama. Selain Julfah, ada juga Fizia, yang semakin dekat denganku sejak peminatan berlangsung. Jadwal peminatan yang saat kelas 11 dilaksanakan setiap Rabu dan Kamis, lalu berpindah menjadi Senin dan Selasa saat kelas 12, membuat kami bertiga hampir selalu bersama. Kami sering curhat, saling cerita ketika ada masalah, saling bantu satu sama lain, bahkan sering menghabiskan waktu bermain bersama di luar sekolah. Dari sanalah kedekatan kami tumbuh, dan aku merasa peminatan justru membawa teman-teman baru yang membuat hari-hariku makin berwarna.


Memasuki kelas 12, perlahan-lahan aku memperbaiki diri. Rokku kini panjang sesuai aturan, kaos kakiku di atas mata kaki, aku rajin memakai ciput, dan makeup-ku lebih sederhana. Meski sesekali masih kena razia karena bawa bedak huhuhu setidaknya aku tahu aku sedang berproses.

Perjalanan SMA ini mengajarkanku banyak hal. Tentang keberanian, kesalahan, perubahan, dan kedewasaan. Tentang pertemanan yang tulus, keluarga yang mendukung, dan proses menerima diri sendiri. Dari anak kelas 10 yang bersembunyi di balik masker, anak kelas 11 yang mencari arah, hingga anak kelas 12 yang mulai memahami arti tanggung jawab, semuanya adalah bagian dari perjalanan menjadi Mutia yang lebih baik.

Dan suatu saat nanti, ketika aku melihat kembali cerita ini, aku tahu semua rintangan, tawa, air mata, dan perubahan yang pernah aku lewati adalah bagian penting dalam membentuk diriku hari ini.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE IMPACT OF BOTTLE RECYCLING

  By Rizka, Sulis, Dela, Robi, Salman, Haikal Waste is the remaining product or item that is no longer used. There are 3 ways or methods to manage waste namely reducing, reusing and recycling plastic here will discuss about recycling the plastic bottle waste, recycling plastic bottle is very beneficial and has many positive impacts. Although some students actively participate in this practice, there are still many students who  cannot or refuse to recycle plastic bottles. The following is the impacts of recycling of bottle waste for our life From our interviews and research, several positive and negative impacts of recycling plastic bottle waste have been identified, such as air pollution, where certain methods of recycling plastic bottles can harm air quality. Recycling bottle waste can impact the quality of the product itself. Poor and inadequate management during production stages can result in low-quality products. Recycling plastic bottle waste also leads to an increase i...

Story at School

 Rika Dimas Fitria  XII.i B.Indonesia Story at School Kelas X  Pada suatu hari,,saya telah lulus MTs sampai orang tua meneruskan saya ke Sekolah SMAN 1 Cikalongwetan ini,lalu saya daftar ke SMAN 1 Cikalongwetan bersama kakak dari pagi sampai jelang malam,sampai menunggu pengumuman diterima atau tidaknya,sampailah Alhamdulillah saya diterima disekolah ini.Lalu salah satu teman sosmed menghubungi saya bahwa kita sekelas,dia bernama Shifa Sulastri.karena sekolah ini pada era covid kita sekolah dibagi sesi pertama dan kedua lalu saya sesi dua sampai bertemu pada pertemuan sekolah saya bertemu dengan Shifa langsung,tidak hanya Shifa bahwa saya juga sekelas dengan temen SD saya yaitu Siti Sopiah,sampai pada hari-hari berikutnya saya berkenalan dengan teman yang lainnya seperti N.Sani,Suci dan yang lainnya.Lalu wali kelas X kita adalah ibu Amila sholihah lalu saya mengerjakan tugas sebagian BDR dan diadakannya projek Pertama yang berjudul KTI (karya tulis Imiyah) dan disatukan k...

CERITA YANG TIDAK AKAN BERAKHIR

Saskia Agustin Masa corona akhirnya berakhir, semua yang berada di rumah akhirnya kembali menjalani kehidupan seperti semula walaupun masih identik dengan pemakaian masker yang wajib dipakai apabila akan keluar rumah. Seperti halnya denganku, saskia. Mulai kembali menjadi siswi yang berangkat pagi untuk ke sekolah, yang juga seperti itu. Pembelajaran di sekolah masih belum efektif ternyata, jadi para guru memberikan alternatif agar bisa melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menerapkan sistem yang dikelas para murid dibagi 2 atau dengan sebutan sesi a dan b.  Belum begitu banyak mengenal siapa saja yang ada di kelas hanya satu, siti. Unik memang ketika Aku menyangka kalau Siti itu orangnya memiliki badan yang tinggi hahah. Alurnya singkat sampai tanpa tidak sadar kalau kita sudah begitu dekat tapi bukan hanya siti ada satu orang lagi yang sampai sekarang dekat denganku dia Rahma, orang ketika mendengar namanya pasti akan langsung bilang " anu pinter tea", asli mema...