Langsung ke konten utama

inilah kisahku


" Dijalan yang tidak pernah kupilih, Aku justru menemukan diriku"


Haiiii, aku Rifa Nurcahya.




    

    Sekarang aku duduk di kelas 12 H, yang lebih akrab dikenal dengan sebutan Xhenon. Kelas yang isinya orang-orang random mulai dari yang receh, cerdas, rusuh, bermasalah, sampai segala pun ada. Tapi jujur, di balik semua itu, kelas ini adalah rumah buat aku. Tempat aku tumbuh, tertawa, marah, sedih, dan belajar banyak hal tentang hidup.



ini nih barudak xhenon haha

    Tapi sebelum semua ini terjadi, ada perjalanan panjang kenapa akhirnya aku bisa menjadi salah satu siswa di SMAN 1 Cikalong Wetan.

Okeeii kitaa mulaii yaa..

    Sebenarnya, sejak lulus SD aku mau masuk pesantren. Tapi ibu tidak mengizinkan karena dia bilang aku masih kecil, ditambah ibuku punya banyak kekhawatiran (biasalah, anak perempuan bungsu). Ibu bilang “Nanti saja ya de, kalau sudah lulus SMP kalo mau masuk pesantren.”

Lalu aku hanya bisa meng"iya"kan perkataannya pada saat itu.

    Singkat cerita, ketika aku kelas 3 SMP, beberapa bulan sebelum lulus, qadarullah aku sakit sampai harus dirawat Diklinik Pertama Insan Sehat yang ada di wardom. Mungkin aku kecapean karena ikut dua ekstrakurikuler sekaligus yaitu Paskibra dan PD yang lebih sering melibatkan fisik dan mental yang harus kuat, dan pada saat itu aku sedang latihan intensif untuk lomba pertama Paskibra. Padahal posisinya itu tinggal H-2 minggu sebelum puncak perlombaan. Tapi karena terlalu lama tidak ikut latihan, aku akhirnya didiskualifikasi dan digantikan oleh adik kelasku.

Rasanya… jangan ditanya.

    Sakitnya melebihi sakit badanku sendiri, karena sebelumnya aku sudah latihan panas-panasan, hujan-hujanan, dimarahin pelatih, dan semua usaha itu hilang dalam sekejap. Melihat aku seperti itu, ibu semakin tidak mengizinkan aku masuk pesantren. Alasannya juga masuk akal mungkin karena aku mudah sakit, sering drop, dan ibu takut di pesantren nanti aku malah banyak pikiran, tidak makan, atau sakit lagi, ibuku tipikal orang yang over posesif.

    Akhirnya, untuk kedua kalinya, mimpiku masuk pesantren harus dilepaskan.Tapi aku tetap menerima keputusan itu dan memutuskan untuk masuk SMA, karena aku ingat pesan guru SMP ku kalo "restu orang tua itu adalah jalan kesuksesan mu".

Tapi lagi-lagi ibu memberi 1 syarat yaitu “Jangan ikut organisasi apa pun.”

    Mendengar itu rasanya mustahil bagiku sebagai anak yang sudah terbiasa berorganisasi, rasanya seperti ada yang kurang dan hilang. Tapi aku hanya bisa mengangguk, karena jika memaksakan membantah pun rasanya akan sia" , tetap pasti ibu yang akan menjadi pemenangnya.

Okee kalo di tanya Perjuangan masuk SMAN? 

Jawabannya Masya Allah banget.

    Prosesnya panjang dan susah, sampai aku dan ibu beberapa hari pulang magrib hanya untuk mengurus pendaftaran.Tapi tidak ada perjuangan yang sia" alhamdulillah, akhirnya pada jam 3 sore aku mendapatkan pengumuman nama ku terdaftar pada siswa yang dinyatakan lolos, yang waktu itu dikenal sebagai sekolah favorit yaitu SMAN 1 CIKALONGWETAN.

    Tapi walaupun ibu sudah melarang aku berorganisasi lagi , aku tetap keras kepala dan diam-diam ikut dua organisasi yang menurutku tidak terlalu melelahkan yaitu FSRI dan PMR.

    Tapi setiap aku kumpulan ada rasa tidak tenang yang selalu menghampiri, "selalu ingat pesan ibuku" dan ada ketakutan tersendiri yang dimana aku takut jika suatu saat nanti dia tiba-tiba mengetahuinya dari orang lain dan bukan dari diriku, akhirnya aku memberanikan diri untuk jujur ke ibu dan bapa ku.

        

    Awalnya mereka marah, tapi aku jelasin kalau PMR itu tidak cape seperti eskul yang lain dan aku pun meyakinkan ibu bapa kalo aku kuat, aku sehat dan di pmr aku bisa belajar tentang ilmu Kesehatan sehingga aku bisa lebih menjaga kesehatan ku sendiri, selain itu aku pun bilang kalo semisal aku ikut pmr nanti upacara nya dibelakang dan tidak kepanasan . Padahal kenyataannya...huftt jauh dari yang dibayangkan, menurutku PMR jauh lebih melelahkan.Dimana aku harus jaga setiap hari, harus ngurusin teman yang sakit, harus ngatasi rasa takut saat ada luka, harus izin pelajaran kalau ada siswa yang butuh bantuan dan lain sebagainya, tapi anehnya setiap kali aku membantu orang rasa cape itu selalu tergantikan dengan rasa senang, dimana aku bisa membuat orang yang tadinya datang dengan tangisan dan pulang dengan senyuman. Terlebih lagi jika ada orang yang tiba-tiba berucap "terimakasih ya teh" 2 kata itu selalu membuat hatiku tenang dan lebih bersemangat membantu orang lain.


    Perjalanan 3 tahun aku di PMR tidak mudah karena aku harus melewati banyak hal mulai aku harus mewakilkan organisasi PMR pada kegiatan LDKS yang dar der dor mental aku banyak terkuras di kegiatan ini, selama LDKS aku berangkat jam 5 subuh dan pulang jam 6 sore. Selama jadi anggota aku selalu merasa takut karena sikap aku yang terus dipantau agar bisa memiliki jiwa kepemimpinan,makan diwaktu, solat diwaktu dan apabila salah dikenakan hukuman seri, tapi dikegiatan ini aku bisa menjadi lebih disiplin dan berkembang, disini juga aku jadi kenal orang-orang yang hebat bahkan akhir kegiatan LDKS aku bisa outing kegunung putri yang menjadi pengalaman menyenangkan. 



 

    Selain itu aku pun kemudian dipercaya untuk menjadi Fasilitator pada kegiatan LDKS selanjutnya sebagai P3k meneruskan kaka tingkat ku yang membuat aku mendapatkan banyak pelajaran juga , karena aku mengikuti kegiatan LDKS aku pun harus mengikuti seleksi komandan yang menegangkan. Awalnya aku tidak mau karena takut tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, tapi banyak orang yang memberikan kepercayaan padaku sehingga aku berani untuk maju, di Pmr juga aku sering dimarahi oleh senior hampir tiap kumpulan karena sekecil apapun dimata mereka pasti salah , mental pun pada saat itu naik turun... semuanya berat, tapi semuanya membentuk aku jadi orang yang lebih kuat. Aku ngerti sekarang mereka seperti itu untuk membuat diriku tidak mudah menyerah,lemah, dan bisa jadi contoh yang baik buat adik kelasku selanjutnya.

Sampai akhirnya…

   

     Aku dipercaya menjadi Wakil Komandan PMR. Dan menemani Intan sebagai komandan PMR nya. Amanah yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, karena awalnya masuk PMR pun harus membujuk dulu ibu bapa ku. Tapi aku bersyukur dari sini aku jadi bisa melatih public speaking ku, melatih jiwa kepemimpinanku, dan banyak hal yang aku dapatkan, mulai dari pas pergi ke mini museum yang membekali aku tentang kesehatan perempuan, meseum gedung sate yang membuat aku tahu awal mula adanya peristiwa-peristiwa di Bandung pada zaman penjajahan, kegiatan AJR ( Ambulans Jalan Raya) yang diadakan setahun sekali dan aku  mengikutinya selama 2 tahun, belum lagi mengikuti jaga luar ketika organisasi lain ada acara pasti PMR pun ikut dibelakangnya haha, pokonyaa sangattt seruuuu...

    Tapi jujur PMR ini adalah rumah juga bagiku, disini aku bisa melupakan keluh kesahku, karena orang-orang nya selalu membuat aku tertawa dengan berbagai caranya, aku pun baru sadar biasanya aku hanya bisa bertahan di esktrakulikuler beberapa bulan saja dan mencari kenyamanan yang baru, tapi di PMR aku bisa bertahan sampe 3 tahun lamanya. 




Kalo ini pas pematerian P#K pas jadi fasilitator LDKS
Ini foto pagi hari kegiatan LDKS


Kalo ini pas kegiatan LDKS

Kalo ini pas di Gunung Putri sama Komandan 
PMR A'23 ( Teh Nilam)



Kalo ini tahun ke-2 kegiatan AJR (Ambulan jalan raya yang dilaksanakan di Gerbang tol setahun sekali)

  

INI FOTO DI MUSEUM GEDUNG SATE BANDUNG

Posisinya sebelum nonton peristiwa perang zaman dahulu

     Oh iyaa mengenai ekstrakurikuler FSRI aku sering mengikuti kumpulan nya di hari jumat, tapi semakin hari tugas mandiri, kelompok,project, tugas video, PMR di tambah peminatan sedikit membuat ku kewalahan dan akhirnya aku harus meniggalkan salah satu eskul yaitu FSRI karena kumpulnya tepat dihari Jumat yang dimana itu satu-satunya hari dimana pulang lebih cepat hanya sampe jam 11.20 dan waktu di rumah pun bisa lebih panjang sehingga aku bisa menggunakan nya untuk beristirahat, karena sabtu dan minggu kadang sering aku pakai untuk mengerjakan tugas.

    Segitu dulu ceritaku di organisasi, sekarang kita Flashback lagi jika mengingat 2 tahun kebelakang tepat dimana Awal masuk kelas 10, aku tidak punya teman. Aku duduk sendiri, makan sendiri, dan benar-benar merasa asing padahal di 1 ruangan. Circle waktu itu kerasa banget anak SMP, MTs hingga pesantren, semua bercampur tapi terpisah. Mungkin karena kita dari beda-beda sekolah yang pastinya beda kepribadian dan lingkungan, jika harus disatukan di satu ruangan aku dan kalian juga pasti paham dan pastinya bakal shock. 

    


    Singkat cerita akhirnya aku punya teman duduk yang menemani aku selama 3 tahun. Puja, dia baik dan pinter matematika. Dari sini, pelan-pelan semuanya membaik. Dan aku mulai bisa menyesuaikan diri.
 Ohh iyaa ada Salah satu hal yang paling tidak ku duga di kelas 10 ketika aku harus menari Jaipong untuk sebuah proyek kelompok.Teman kelompokku suka Jaipong, dan aku… tidak terbiasa sama sekali.Waktu itu rasanya malu, canggung, takut salah, takut ditertawakan.Tapi demi kelompok, aku ikut. Meskipun deg-degan, aku tetap melangkah, mengikuti setiap gerakan , menahan rasa malu sambil tersenyum.



    Sekarang kalau diingat… rasanya lucu haha, tapi kalo ditanya mau seperti itu lagi jawabannya "ENGGAAAA"

    Lanjut sebelum masuk kelas 11, aku punya banyak sekali kekhawatiran. Mulai dari takut peminatan, takut tidak punya teman lagi,  dan takut kemana-mana sendirian. karena masa SMP aku pendiem, tidak suka bersosialisasi dengan banyak orang, malu berinteraksi, dan tidak pernah makan diluar kelas sampe tidak pernah membuka masker, pernah suatu hari aku dibecandain temen ku mereka meninggalkan ku sendirian dan aku pun menangis di tempat, mungkin orang lain tidak pernah menduga aku se introvert itu dulu.

    Saking takutnya, aku sampai sering menanyakan ke kakak kelas, “Peminatan itu gimana sih? ” dan satu hal yang membuat mereka mulai malas menjawab, yaitu aku selalu bilang...

    "takut tidak punya teman" itu kata yg sering ku ulang-ulang, karena pada saat itu rasanya aku memang benar-benar takut. Tapi kenyataannya? Setelah dijalani, semuanya baik-baik saja. Aku bertemu orang-orang baru, suasana baru, dan perlahan-lahan aku bisa pergi ke mana-mana sendiri, tidak lagi bergantung pada siapa pun. Kadang masih ada rasa takut, tapi aku rasa jauh lebih baik dari sebelumnya.

    Namun kelas 11 juga penuh pelajaran berat. Aku pernah bermasalah dengan kakak kelas karena kesalahpahaman. Aku pernah merasa tidak nyaman karena terus diejek. Aku pernah musuhan dengan teman bangkuku sendiri. Semua hal itu membuat hatiku lelah…Tapi juga membuatku belajar bahwa menghargai orang lain adalah hal penting agar tidak terjadi luka yang sama.

   

  

  Kelas 11 juga menjadi tahun yang benar-benar menguji fisik dan mentalku. Aku pernah memaksakan diri lari 12 kali keliling lapangan untuk meraih nilai pjok di atas 80 karena word of affirmations nilai pjok ku paling kecil di kelas 10,  pasa saat itu aku sampai histeris, sesak, dan dilihat banyak orang, bahkan sampai menggegerkan ruang guru, sungguh setiap mengingat itu rasanya memamalukan. 1 pelajaran yang aku dapatkan ternyata memang benar sesuatu yang dipaksakan itu tidak selamanya baik. Di kelas 11 aku pun sering tidur jam 2 pagi hanya untuk menghafal. Akhirnya aku kembali dirawat di RS Hasan Sadikin selama 8 hari karena diare parah selama 1 bulan mungkin karena pola makan dan tidur ku yang tidak dijaga. Akibat dari sini aku melewatkan banyak hal di sekolah salah satunya praktek sidang, disaat orang lain pake baju toga aku malah terbaring memakai baju biru khas rumah sakit. Tapi alhamdulilahnya banyak yang sayang sama aku, banyak yang nengok dan nanyain gara-gara ga sekolah, dan 1 hal yang membuatku percaya rezeki itu bisa datang kapan saja, waktu itu aku lagi ga punya uang sepeser pun, dan tiba" banyak yang ngasih salah satunya ibu bapak guru sman 1 cikalongwetan. Allah itu maha adil.

 

  



  Oh iya Aku juga pernah dipercaya ikut OSN Geografi dan KI Hajar Dewantara, meski tidak lolos, itu membawa pengalaman berharga bagiku.


       Aku pun pernah juara 3 kolaborasi kompas membuat poster di 1 angkatan yang pada saat itu 1 kelas nya ada 5-6 kelompok dan baguss bagus sekali. Di kelas 11 ini  jelas kurasa penuh tawa juga penuh luka, tapi dari situlah aku bisa belajar banyak hall. Oh iyaa Sejak kelas 10, aku sangatttt suka dan tertarik dengan Biologi. Semua itu berawal dari guru pertama yang membuatku jatuh cinta pada pelajaran itu yaitu Ibu Tepi Losyana. Beliau seru, humble, dan bisa membuat pelajaran yang rumit terasa ringan. Sampai setiap ada yang bertanya apa cita-citamu rifa , aku selalu menjawab: “Aku mau jadi guru Biologi.” Tapi saat masuk kelas 11, Biologi tiba-tiba terasa sangat sulit. Aku goyah, aku sempat ingin menyerah, aku mulai mencari jurusan lain: Sosiologi, Psikologi, PGSD, dan lainnya. Dan aku benar-benar dibuat kebingungan. 




    Tapi di tengah kebingungan itu, Allah mempertemukanku dengan sosok yang sangat berarti: Ibun Deshinta.
Yang unik, beliau tidak pernah mengajarku langsung di kelas. Tapi perhatian, doa, cara beliau mendengarkan, dan ketulusan nasihatnya… luar biasa. Aku sering bertanya tentang jurusan, tentang masa depan, tentang kebingungan yang aku simpan sendirian. Beliau selalu menjawab dengan lembut, tapi tegas.

Sampai akhirnya…

    Dengan beberapa nasihatnya, dan do'a yang selalu terucap di bibirnya aku merasa cocok dengan 1 hal. Ya,  aku memilih kembali ke niat awal: "Pendidikan Biologi".

    Beliau mengembalikan motivasi yang sempat hilang. Meyakinkanku bahwa setiap jurusan pasti punya titik kesulitan masing-masing, tapi tidak ada yang mustahil asal aku mau berusaha. Dan sejak hari itu, aku kembali mantap melangkah.

  

     Masuk kelas 12… suasananya beda banget. Lebih hangat, lebih dewasa, lebih saling mendukung. Guru-guru baik, wali kelas baik, teman-teman pun jauh lebih bisa menerima satu sama lain. Ditambah aku dapat pembina PMR yang sangat baik, rasanya lengkap benar-benar seperti punya keluarga besar. Kelas 12 adalah tahun yang rasanya cepat sekali bagiku. Tahun yang paling hangat, paling tenang, dan paling aku syukuri.Tidak terasa bisa berjuang sampai hari ini.Tapi perjalanan ku belum selesai di SMA ini, aku masih harus menghadapi PSAS minggu depan, harus melanjutkan penelitian KTI, Ujian sidang KTI dan terakhir tinggal menunggu kelulusan serta berjuang masuk PTN. Bisa sampai dititik ini rasanya sangat campur aduk antara sedih, bangga, bersyukur, takut, karena sebentar lagi aku bakal meninggalkan sekolah ini, sekolah yang membawa diriku ini banyak perubahan.

    Dari sekolah ini aku belajar banyak hal: pengalaman, organisasi, mental, sahabat, dan kedewasaan. Aku sangat bersyukur masuk ke sekolah ini. Padahal dulu aku tidak ingin masuk SMA karena aku takut adanya senioritas, takut sendirian, takut tidak bisa mengikuti lingkungan. Tapi ternyata…

Allah menuliskan dan menggantikan takdir terbaik untukku.

    Di sini aku tumbuh. Dari anak pendiam yang takut ditinggalkan, menjadi aku yang sekarang. Lebih berani,lebih percaya diri,bisa berpergian sendiri,bisa dipercaya menjadi wakil komandan, bendahara, ketua kelompok,bahkan mulai terbiasa berbicara di depan banyak orang.

    Aku bangga melihat sejauh apa aku sudah melangkah. Dan akhir dari semua perjalanan di masa SMA ini, aku hanya punya satu keinginan yang ku harap allah kembali berpihak dan menakdirkan nya untukku :

    "Semoga aku diberi kesempatan berkuliah, mengejar cita-citaku menjadi guru, membanggakan orang tuaku, dan sukses dunia akhirat bersama ibu bapa, keluarga, guru-guruku, dan semua yang sudah baik kepadaku aku pun ingin mewujudkan cita" terbesar ku saat kecil yaitu berkesempatan membawa ibu bapa ku ke rumah gusti allah swt"

    Dan semoga aku bisa membuktikan bahwa anak perempuan nya yang dulu dianggap lemah ini bisa sukses dan mewujudkan cita-cita nya, selain itu aku pun ingin membuktikan bahwa perempuan tidak hanya pantas berada di dapur saja, tapi juga pantas bermimpi, belajar, dan memiliki kesempatan seperti hal-nya laki-laki.

Terima kasih  Ya Allah.

Terima kasih SMAN 1 Cikalong Wetan.

Terimakasih Guru-guru

Terima kasih untuk semua kisah yang membuatku jadi versi terbaik dari diriku hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE IMPACT OF BOTTLE RECYCLING

  By Rizka, Sulis, Dela, Robi, Salman, Haikal Waste is the remaining product or item that is no longer used. There are 3 ways or methods to manage waste namely reducing, reusing and recycling plastic here will discuss about recycling the plastic bottle waste, recycling plastic bottle is very beneficial and has many positive impacts. Although some students actively participate in this practice, there are still many students who  cannot or refuse to recycle plastic bottles. The following is the impacts of recycling of bottle waste for our life From our interviews and research, several positive and negative impacts of recycling plastic bottle waste have been identified, such as air pollution, where certain methods of recycling plastic bottles can harm air quality. Recycling bottle waste can impact the quality of the product itself. Poor and inadequate management during production stages can result in low-quality products. Recycling plastic bottle waste also leads to an increase i...

Story at School

 Rika Dimas Fitria  XII.i B.Indonesia Story at School Kelas X  Pada suatu hari,,saya telah lulus MTs sampai orang tua meneruskan saya ke Sekolah SMAN 1 Cikalongwetan ini,lalu saya daftar ke SMAN 1 Cikalongwetan bersama kakak dari pagi sampai jelang malam,sampai menunggu pengumuman diterima atau tidaknya,sampailah Alhamdulillah saya diterima disekolah ini.Lalu salah satu teman sosmed menghubungi saya bahwa kita sekelas,dia bernama Shifa Sulastri.karena sekolah ini pada era covid kita sekolah dibagi sesi pertama dan kedua lalu saya sesi dua sampai bertemu pada pertemuan sekolah saya bertemu dengan Shifa langsung,tidak hanya Shifa bahwa saya juga sekelas dengan temen SD saya yaitu Siti Sopiah,sampai pada hari-hari berikutnya saya berkenalan dengan teman yang lainnya seperti N.Sani,Suci dan yang lainnya.Lalu wali kelas X kita adalah ibu Amila sholihah lalu saya mengerjakan tugas sebagian BDR dan diadakannya projek Pertama yang berjudul KTI (karya tulis Imiyah) dan disatukan k...

CERITA YANG TIDAK AKAN BERAKHIR

Saskia Agustin Masa corona akhirnya berakhir, semua yang berada di rumah akhirnya kembali menjalani kehidupan seperti semula walaupun masih identik dengan pemakaian masker yang wajib dipakai apabila akan keluar rumah. Seperti halnya denganku, saskia. Mulai kembali menjadi siswi yang berangkat pagi untuk ke sekolah, yang juga seperti itu. Pembelajaran di sekolah masih belum efektif ternyata, jadi para guru memberikan alternatif agar bisa melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menerapkan sistem yang dikelas para murid dibagi 2 atau dengan sebutan sesi a dan b.  Belum begitu banyak mengenal siapa saja yang ada di kelas hanya satu, siti. Unik memang ketika Aku menyangka kalau Siti itu orangnya memiliki badan yang tinggi hahah. Alurnya singkat sampai tanpa tidak sadar kalau kita sudah begitu dekat tapi bukan hanya siti ada satu orang lagi yang sampai sekarang dekat denganku dia Rahma, orang ketika mendengar namanya pasti akan langsung bilang " anu pinter tea", asli mema...